Mappaddekko atau Mappadendang adalah sebuah acara tradisional pesta panen raya jaman dahulu.Diera tahun 70-an masih bisa ditemukan, bahkan sering diikutkan dalam perlombaan acara HUT Kemerdekaan kita. Mappaddekko artinya membuat bunyi atau irama dengan menggunakan lesung atau “Palungeng”, dan biasanya dimainkan 5-6 orang. Pesta ini biasa dilakukan setelah panen berhasil. Lesung sebenarnya adalah satu wadah yang terbuat dari pohon gelondongan untuk menumbuk atau menghancurkan sesuatu, misalnya padi, beras, gula dan lain-lain. Lesung mulai menghilang seiring dengan kemajuan teknologi di bidang pertanian dengan adanya mesin penggiling padi, pabrik pengolahan beras sehingga fungsi lesung tergantikan dengan alat tersebut.
Kini satu persatu pesta tradisional di Bone mulai menghilang seperti: Massempe atau Mallanca (adu kekuatan betis), Mattojang atau mappere (berayun) dan Mappaddekko. Padahal budaya Mappaddekko itu sendiri menyimpan filosofi yang sangat tinggi yang merupakan sarana nenek moyang kita untuk memperkuat persatuan dan kesatuan.
Dahulu, jika ada orang menabuh lesung, semua warga tetangga langsung berbondong-bondong menuju sumber suara tersebut. Dan mereka saling bergantian untuk menabuh lesung dan yang lainnya mengerjakan sesuatu yang bermanfaat. Begitupun dulunya masyarakat kita, jika menumbuk padi mereka saling membantu dan sesekali mereka atur irama suara lesung sambil mencak-mencak sehingga asyik didengar. Ya mungkin inilah cikal bakal sehingga muncul istilah “Mappaddekko”. Biasanya acara Mappaddekko dilakukan tanpa menumbuk padi.
Kini satu persatu pesta tradisional di Bone mulai menghilang seperti: Massempe atau Mallanca (adu kekuatan betis), Mattojang atau mappere (berayun) dan Mappaddekko. Padahal budaya Mappaddekko itu sendiri menyimpan filosofi yang sangat tinggi yang merupakan sarana nenek moyang kita untuk memperkuat persatuan dan kesatuan.
Dahulu, jika ada orang menabuh lesung, semua warga tetangga langsung berbondong-bondong menuju sumber suara tersebut. Dan mereka saling bergantian untuk menabuh lesung dan yang lainnya mengerjakan sesuatu yang bermanfaat. Begitupun dulunya masyarakat kita, jika menumbuk padi mereka saling membantu dan sesekali mereka atur irama suara lesung sambil mencak-mencak sehingga asyik didengar. Ya mungkin inilah cikal bakal sehingga muncul istilah “Mappaddekko”. Biasanya acara Mappaddekko dilakukan tanpa menumbuk padi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar