Sejak berakhirnya peperangan Pemimpin-pemimpin Toraja dengan tentara Arung Palakka di Tana Toraja maka beberapa tahun Lamanya tidak ada hubungan antara kedua daerah yaitu Toraja dengan Bugis Sidenreng dan Bugis Bone. Sehingga dalam keadaan ini muncul seorang Bangsawan Perbatasan yang bernama Puang Kabere’ yang keluar masuk kerajaan Bone serta keluar masuk Tondok Lepongan Bulan untuk mngadakan pembicaraan dengan Pemimpin kedua daerah tersebut untuk mendamaikan kedua daerah tersebut.
Dan dalam beberawa waktu kemudian Puang Kabere’ dapat berhasil mengadakan perdamaian dan persetujuan baiknya kembali hubungan kedua daerah tersebut yang bunyi perjanjian perdamaian tersebut yaitu :
“Dilenten Tallo tama Bone tang rassak tang beluakan anna di sorong pindah langngan lepongan bulan tang ramban tang unnapa”
artinya :
“Hubunga kedua daerah menjadi baik kembali maka orang-orang bone bebas keluar masuk lepongan bulan begitu pula orang – orang toraja bebas keluarmasuk daerah bone tanpa gangguan dari siapa pun.”
Sejak itu hubungan kedua daerah menjadi baik dan peristiwa ini berlaku sekitar permulaan abad ke-18. Dan dengan pulihnya hubungan kedua daerah maka pedagang – pedagang bugis mulai lagi keluar masuk Daerah Toraja. Sehubungan dengan itu maka mulai pula banyak bangsawan – bangsawan Toraja datang ke bugis sidenreng dan bone guna bertukar ilmu dengan raja – raja Bone karena Raja – Raja bone lebih unggu dalam taktik perang dan pemerintahan.
Disamping itu ada pula bangsawan – bangsawan Toraja yang berteman dengan Bangsawan – bangsawan bugis dengan bertukar benda – benda pusaka sebagai tali persaudaraan yang kemudian disusul dengan pengiriman – pengiriman anak Bangsawan – Bangsawan Toraja untuk belajar mempergunakan senjata apipada bangsawan – bangsawan Bugis karena para Raja – Raja Bugis sudah banyak yang memiliki senjata – senjata api yang kemudian pada sekitar abad ke-19 daerah toraja mulai dibanjiri senjata – senjata api yang dibeli dari pedagang – pedagang Bugis serta raja – raja Bugis. Dan sekaligus menjadi awal timbulnya oerang saudara di Toraja.
Pada waktu seluruh Bangsawan – Bangsawa Toraja telah memiliki senjata – senjata api yang dibeli dari pedagang – pedagang Bugis serta Raja – Raja Bugis, sekitar pertengahan Abad ke-19 mulai lah berkobar perang saudara di Torajayang sejalan dengan itu merajalela perbudakan dan penjualan budak dari yang kuat kepada pedagang – pedagang Bugis yang banyak ditukar dengan senjata api.
Perang saudara yang terjadi dimana – mana antara bangsawan – bangsawan Toraja sejak pertengahan abad ke -19 menyebabkan banyak Bangsawan – bangsawan Toraja mengadakan persekutuan dengan pemimpin – pemimpin dan pahlawan – pahlawan Bugis dan sekaligus menyewa tantara – tentara dari bugis untuk melawan musuhnya. Dan dalam sejarah Toraja dikenal dengan membanjirnya ahli-ahli perang Bugis masuk di Toraja yang disebut Ande Guru.
Seorang panglima perang Bugis bone yang sangat terkenal datang ke Toraja yaitu Patta Panggawe yang datang dengan sejumlah tentaranya. Dan seorang ahli perang Sidenreng yang bernama Wa’ Situru yang digelari Ande Guru. Yang kedatangannya sehubungan dengan adanya perang Kopi di toraja antara pedagang – pedagang Bugis Sidenreng melawan Pedagang Bugis Bone dan Bugis Luwu’ sekitar tahun 1890. Dimana penduduk Toraja pada saat itu terpecah dua. Sebagian membantu Pedagang Bugis sidenreng dan sebagian lagi membantu Pedagan Bugis Bone dan Bugis Luwu’.
Setelah perang kopi berakhir maka sebagian Ande –Ande Guru itu tinggal dan menetap di Toraja mengikuti Perang Saudara yang masih berkobar di Toraja. Dan ada pula Ande – Ande Guru itu yang menikah dengan Wanita – Wanita Bangsawan Toraja.untuk turut memegang Pemerintahan adat di Toraja. Dimana keadaan ini berlangsung hingga masuknya Pemerintahan Kolonial Belanda di Toraja sekitar Tahun 1906. (Sumber :toraja-culture)
Sumber : www.telukbone.co.id
Sumber : www.telukbone.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar